adjar.id - Ada beragam tradisi Ramadan di berbagai wilayah di Indonesia, salah satunya di Aceh.
Aceh merupakah daerah di Indonesia yang mayoritas penduduknya memeluk agama Islam.
Nah, salah satu tradisi Ramadan yang ada di Aceh adalah meugang.
Meugang juga dikenal dengan sebutan makmeugang, haghi mamagang, uroe meugang atau uroe keuneukoh.
O iya, kata "gang" dalam meugang berarti pasar.
Nah, tradisi meugang berarti di bulan Ramadan orang-orang ramai mengunjungi pasar.
Oleh karena itu, terdapat istilah “makmu that gang nyan" yang berarti 'makmur sekali pasar itu' atau makmeugang.
Lalu, apa saja yang dilakukan pada tradisi Ramadan meugang?
Tradisi meugang sudah ada sejak masa Kerajaan Aceh Darussalam yang bertepatan dengan penyebaran agama Islam di Aceh sekitar abad ke-14 M.
Dulu, tradisi ini dilakukan oleh kerajaan di istana yang dihadiri oleh para sultan, menteri, para pembesar kerajaan serta ulama.
Dalam menyambut bulan suci Ramadan, raja memerintahkan badan yang menangani fakir miskin untuk membagikan daging, pakaian, dan beras kepada orang yang membutuhkan.
Baca Juga: 4 Tradisi Ramadan di Yogyakarta
Nah, saat ini tradisi tersebut masih dipertahankan oleh masyarakat Aceh, Adjarian.
Jika pada umumnya makanan masyarakat Aceh adalah hasil laut, pada tradisi meugang mereka akan mengonsumsi daging sapi atau lembu.
Namun, tidak jarang masyarakat Aceh juga mengonsumi daging kambing, ayam, ataupun bebek.
Tradisi ini dilakukan seanyak tiga kali dalam setahun.
Meugang berlangsung selama dua hari, yaitu dua hari sebelum datangnya bulan Ramadan, dua hari menjelang Idulfitri, dan dua hari menjelang Iduladha.
Meugang dapat dilakukan dengan cara yang berbeda-beda, contohnya meugang di gampong atau desa, meugang Kantor, atau membeli daging di pasar.
Masyarakat Aceh akan berbondong-bondong ke pasar atau pusat penjualan sapi menjelang pelaksanaan Meugang.
Nah, itulah tradisi Ramadan di Aceh, yaitu tradisi Meugang, Adjarian.
Coba Jawab! |
Sejak kapan masyarakat Aceh melakukan tradisi meugang? |
Petunjuk: Cek halaman 1. |
Tonton video di bawah ini, yuk!
Penulis | : | Aldita Prafitasari |
Editor | : | Rahwiku Mahanani |
KOMENTAR