Akan tetapi, hal tersebut berbeda dengan perempuan pribumi lainnya yang kebanyakan tidak bisa mengenyam pendidikan sepertinya.
Hal tersebut membuat RA Kartini tergerak untuk berperan aktif dalam kesetaraan kesempatan terutama pendidikan bagi perempuan.
RA Kartini sering membaca dan menulis surat kepada teman korespondensinya di Belanda dan juga mulai mempelajari literatur Eropa mengenai kemajuan pemikiran perempuan.
Oleh karenanya, ia semakin ingin membantu memajukan pemikiran perempuan pribumi yang saat itu berada pada status sosial yang sangat rendah.
Namun, keinginannya terhambat karena ia tidak bisa melanjutkan pendidikan tinggi karena tentangan dari orang tuanya.
Saat itu RA Kartini bercita-cita menjadi seorang guru, tetapi ia harus menikah dengan Raden Adipati Joyodiningrat yang merupakan Bupati Rembang.
Namun, kabar baiknya, suami RA Kartini sangat mendukung cita-citanya.
RA Kartini diperbolehkan untuk membangun sebuah sekolah khusus putri di Rembang yang sekarang menjadi Gedung Pramuka.
Sayangnya, pada 17 September 1904 RA Kartini meninggal dunia.
RA Kartini meninggal empat hari setelah melahirkan setelah melahirkan putranya yang dinamai Soesalit Djojoadhiningrat.
Nah, untuk mengenang sosoknya sebagai pahlawan emansipasi, didirikanlah Sekolah Kartini di berbagai daerah, seperti di Semarang, Malang, Yogyakarta, Madiun, dan Cirebon.
Baca Juga: Contoh Teks Inspirasi tentang Perjuangan R.A Kartini
Selain itu, Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda pada saat itu, yaitu Mr. J. H Abendanon berinisiatif untuk membukukan surat-surat yang Kartini kirimkan kepada sahabat penanya.
Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibuat menjadi buku berjudul "Habis Gelap Terbitlah Terang" atau "Door Duisternis Tot Licht".
Nah, itulah sejarah mengapa tanggal 21 April diperingati sebagai Hari Kartini, Adjarian.
Coba Jawab! |
Kapan Hari Kartini mulai diperingati? |
Petunjuk: Cek halaman 1. |
Tonton video di bawah ini, yuk!
Penulis | : | Aldita Prafitasari |
Editor | : | Rahwiku Mahanani |
KOMENTAR