adjar.id - Serangan Umum 1 Maret 1949 adalah serangan yang terjadi di Yogyakarta pada tahun 1949.
Serangan ini dilakukan oleh jajaran tinggi militer di wilayah Divisi III/GM, Adjarian.
Tujuan adanya Serangan Umum adalah sebagai ajang pembuktian bagi dunia internasional bahwa TNI masih kuat dan ada.
Tepat pada 1 Maret 1949 pagi hari dilakukan serangan besar-besaran secara serentak di wilayah Divisi III/GM, Yogyakarta.
Indonesia sempat berhasil mengalahkan Belanda, sebelum akhirnya tentara Belanda yang berasal dari Magelang berhasil mengatasi serangan Indonesia.
Serangan Umum 1 Maret 1949 termasuk sebagai salah satu peristiwa bersejarah bagi bangsa Indonesia setelah proklamasi kemerdekaan.
Peristiwa tersebut juga menjadi saksi atas perjuangan Tentara Nasional Indonesia atau TNI saat melawan Belanda di Yogyakarta.
Nah, untuk memperingati Serangan Umum 1 Maret 1949, pemerintah Indonesia menerbitkan Keppres No.2 Tahun 2022.
Isi dari Keppres tersebut adalah penetapan tanggal 1 Maret sebagai Hari Penegakan Kedaulatan Negara.
O iya, berikut latar belakang Serangan Umum 1 Maret 1949 selengkapnya.
"Serangan Umum 1 Maret 1949 merupakan bentuk perlawanan rakyat Indonesia terhadap Belanda setelah kemerdekaan Indonesia."
Baca Juga: Perlawanan Rakyat Indonesia setelah Kedatangan Sekutu dan Belanda
Pada awal Februari 1948, di perbatasan Jawa Timur, Letkol Wiliater Hutagalung diberikan tugas untuk membentuk jaringan persiapan gerilya di wilayah Divisi II dan III.
Wiliater kemudian bertemu dengan Sudirman sebagai Panglima Besar TNI untuk melaporkan hasil resolusi Dewan Keamanan PBB.
Wiliater juga menyampaikan bahwa Belanda menolak resolusi tersebut dan melakukan propaganda yang menyatakan bahwa Republik Indonesia sudah tidak ada.
Setelah Agresi Militer Belanda II terjadi pada Desember 1948, TNI mulai menyusun strategi untuk melakukan serangan balik kepada Belanda.
Serangan tersebut dimulai dengan memutus telepon, menyerang konvoi Belanda, dan merusak jalan kereta api.
Tujuan Wiliater melakukan serangan ini adalah untuk meyakinkan dunia internasional bahwa Indonesia mempunyai TNI yang kuat.
Agar hal tersebut bisa dibuktikan, maka perlu adanya serangan yang tidak bisa disembunyikan oleh pihak Belanda.
Keberadaan Republik Indonesia di satu sisi juga tetap harus diketahui oleh UNCI atau United Nations Commission for Indonesia.
Berikut beberapa rencana penyerangan TNI:
1. Melakukan serangan serentak di seluruh wilayah Divisi II yang melibatkan Wehrkreise I, II, dan III.
2. Mengarahkan seluruh potensi militer dan sipil di bawah Gubernur Militer III.
Baca Juga: Sejarah Kedatangan Sekutu dan Belanda di Awal Kemerdekaan Indonesia
3. Mengadakan serangan ke satu kota besar di wilayah Divisi III.
4. Berkoordinasi dengan Divisi II agar mendapatkan efek yang lebih besar terhadap penyerangan.
5. Agar dapat diketahui oleh dunia internasional, maka perlu mendapatkan dukungan dari:
- Unit Pendidikan Politik Tentara atau PEPOLIT Kementerian Pertahanan.
- Wakil Kepala Staf ANgkatan Perang untuk koordinasi dengan pemancar radio yang dimiliki AURI dan Koordinator Pemerintah Pusat.
Setelah melakukan diskusi, akhirnya Panglima Divisi III/GM III, Kolonel Bambang Sugeng memutuskan akan menyerang Yogyakarta.
Hal ini karena pada saat itu Yogyakarta merupakan ibu kota Republik Indonesia.
Selain itu, di sana juga banyak wartawan asing, anggota delegasi UNCI, dan pengamat militer PBB.
"Serangan Umum 1 Maret 1949 terjadi karena adanya Agresi Militer Belanda II dan penolakan Belanda terhadap resolusi Dewan PBB."
Tepat 1 Maret 1949 sekitar pukul 06.00 saat sirine bebunyi tanda jam malam selesai, serangan umum dilancarkan dari segala penjuru.
Letkol Soeharto langsung memegang komando untuk menyerang pusat kota Yogyakarta.
Baca Juga: Apa Itu Hari Trikora?
Selama enam jam, mulai dari pukul 06.00 sampai 12.00 Yogyakarta bisa diduduki oleh TNI.
Akan tetapi, Belanda kemudian mendatangkan bantuan dari Magelang dan Gombong yang membuat TNI harus mundur.
Keberhasilan Serangan Umum 1 Maret tersebut kemudian disebarluaskan oleh RRI gerilya yang berada di Gunung Kidul.
Berita tersebut bisa ditangkap oleh RRI di Sumatra, yaitu Radio Rimba Raya di Aceh dan diteruskan ke luar negeri.
Meski hanya enam jam, serangan ini sangat berarti bagi bangsa Indonesia, Adjarian.
Terlebih untuk dunia internasional sebagai bukti bahwa Republik Indonesia masih ada, tidak seperti yang dikatakan oleh Belanda.
"Serangan Umum 1 Maret telah menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia masih memiliki kekutan, terutama TNI."
Nah, itulah latar belakang Serangan Umum 1 Maret 1949 yang terjadi di Yogyakarta.
Coba Jawab! |
Apa yang melatarbelakangi adanya Serangan Umum 1 Maret 1949? |
Petunjuk: Cek halaman 2 dan 3. |
---
Sumber: Buku Sejarah Indonesia untuk Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 2 Edisi Revisi 2017 karya Sardiman AM, dkk.
Penulis | : | Nabil Adlani |
Editor | : | Rahwiku Mahanani |
KOMENTAR