adjar.id - Kerajaan Selaparang adalah Kerajaan Islam di Lombok, Nusa Tenggara Barat.
Kerajaan Selaparang didirikan oleh Sayyid Zulqamain atau disebut dengan Syaikh Abdurrahman.
Dahulu, Kerajaan Selaparang ini terkenal sebagai kerajaan yang tangguh, baik di lautan maupun daratan.
Kerajaan Selaparang mulai mengalami kemajuan yang pesat setelah kerajaan ini pindah ke Desa Selaparang di Lombok Timur.
Saat berada di bawah pemerintahan Prabu Rangkesari, Kerajaan Selaparang mulai menjadi pusat kerajaan Islam di Lombok.
Pada pemerintahan Prabu Rangkesari inilah Kerajaan Selaparang mengalami masa keemasan dan juga menguasai seluruh wilayah Lombok.
Kerajaan ini muncul dua kali, yaitu pada abad ke-13 sebagai Kerajaan Selaparang Hindu dan pada abad ke-16 sebagai Kerajaan Selaparang Islam.
Penyebaran Islam yang terjadi di Lombok disebarkan oleh seorang mubaligh yang berasal dari Baghdad bernama Ghaus Abdurrazzaq.
Selain menyebarkan agama Islam, Ghaus Abdurrazaq juga merupakan orang pertama yang menurunkan gelar Sultan di kerajaan-kerajaan di Lombok.
Yuk, simak pembahasan sejarah Kerajaan Selaparang di Lombok berikut ini!
"Pindahnya Kerajaan Selaparang ke Desa Selaparang menjadi awal kemajuan kerajaan menjadi sangat pesat."
Baca Juga: 5 Peninggalan Kerajaan Bima, Salah Satunya Istana Asi Mbojo
Meski sumbernya sedikit, beberapa ahli menyakini bahwa kemunculan Kerajaan Selaparang terbagi dalam dua periode.
Periode pertama berlangsung antara abad ke-13 sampai abad ke-14, yaitu Kerajaan Selaparang Hindu di bawah Kerajaan Majapahit.
Lalu, periode kedua terjadi pada abad ke-16, yaitu Kerajaan Selaparang Islam.
Penyebaran Islam kepada raja-raja di Lombok tidak sulit, karena mereka mempunyai pertalian darah dengan raja-raja di Jawa.
Raja-raja di Jawa lebih dahulu memeluk Islam dibandingkan raja-raja di Lombok.
Sayyid Zulqamain merupakan raja pertama yang mendirikan Kerajaan Selaparang dengan gelar Datu Selaparang atau Sultan Rinjani.
"Kerajaan Selaparang muncul dua kali, yaitu pada abad ke-13 dan abad ke-16."
Kerajaan Selaparang termasuk kerajaan yang tangguh.
Bahkan laskar laut Kerajaan Selaparang dapat mengusir Belanda yang akan memasuki wilayahnya di tahun 1667-1668.
Laskar laut juga berhasil mengusir Kerajaan Gelgel dari Bali yang menyerang Kerajaan Selaparang sebanyak dua kali.
Pindahnya kerajaan ke Desa Selaparang membuat kerajaan ini semakin mengalami kemajuan yang pesat.
Baca Juga: 7 Peninggalan Kerajaan Mataram Islam, Salah Satunya Menjadi Tempat Wisata di Yogyakarta
Kerajaan Selaparang juga menjadi pusat kerajaan Islam di wilayah Lombok di bawah pemerintahan Prabu Rangkesari.
Pada masa inilah Kerajaan Selaparang memegang hegemoni di seluruh wilayah Lombok dan mengalami masa kejayaan.
"Masa kejayaan kerajaan Selaparang terjadi pada masa pemerintahan Prabu Rangkesari."
Para imigran petani liar dari Karang Asem, Bali pada abad ke-15 secara bergantian mendirikan koloni di kawasan Kota Mataram.
Koloni ini secara perlahan semakin berkembang hingga menjadi sebuah kerajaan kecil, yaitu Kerajaan Pegesangan dan Pagutan.
Kehadiran dua kerajaan inilah yang mengancam keberadaan Kerajaan Selaparang, Adjarian.
Nah, saat menghadapi Kerajaan Mataram Karang Asem dan Kerajaan Gelgel, terjadi perselisihan antara raja Selaparang dengan Arya Banjar Getas.
Hal ini membuat Arya Banjar Getas dan para pengikutnya meninggalkan Selaparang dan bergabung ke Kerajaan Mataram Karang Asem.
Atas bantuan taktik Arya Banjar Getas, Kerajaan Selaparang berhasil dikalahkan oleh Kerajaan Mataram Karang Asem.
Kemudian, sejak tahun 1672 Kerajaan Mataram Karang Asem menjadi penguasa di wilayah Lombok.
"Perselisihan Arya Banjar Getas dengan raja Selaparang menjadi awal keruntuhan Kerajaan Selaparang."
Baca Juga: Sejarah Kerajaan Tidore: Masa Kejayaan dan Peninggalan
Nah, itulah sejarah Kerajaan Selaparang yang berada di Lombok, Nusa Tenggara Barat.
Coba Jawab! |
Siapa raja yang berhasil membawa Kerajaan Selaparang ke puncak kejayaan? |
Petunjuk: Cek halaman 2 dan 3. |
---
Sumber: Buku Sejarah Indonesia SMA/MA/SMK/MAK Kelas X Edisi Revisi 2017 karya Restu Gunawan, dkk.
Penulis | : | Nabil Adlani |
Editor | : | Rahwiku Mahanani |
KOMENTAR