Sejarahnya bermula dari dua tokoh organisasi kepanduan Belanda, Nederlands Padvinders Organisatie (NPO), yakni P.Y. Smits dan Majoor de Yager.
Lalu, berdirilah organisasi kepanduan nasional di Batavia bernama Jong Indonesische Padvinders Organisatie (JIPO).
Di tahun 1936, kedua gerakan tersebut melebur menjadi satu organisasi yang kemudian dikenal dengan nama Indonesische Nationale Padvinderij Organisatie (INPO).
Semanjak saat itu, gerakan kepanduan di Indonesia pun mulai populer di masyarakat.
Namun, sayangnya banyai bermunculan gerakan-gerakan lain, sehingga gerakan kepanduan di Indonesia tidak menjadi satu.
Singkat cerita, para pemimpin organisasi gerakan kepanduan dikumpulkan di Istana Merdeka untuk mendengarkan ketetapan MPRS pada 9 Maret 1961.
Presiden Soekarno pada akhirnya membuat ketetapan untuk meleburkan semua gerakan kepanduan di Indonesia menjadi satu yang diberi nama Gerakan Pramuka.
Pada 14 Agustus 1961, diselenggarakan Majelis Pimpinan Nasional (Mapinas) dalam rangka meresmikan Gerakan Pramuka di Indonesia.
Momen tersebut juga sekaligus mengenalkan istilah pramuka pertama kalinya kepada rakyat Indonesia.
Pada pertemuan tersebut Presiden Soekarno juga melantik Mapinas, Kwartir Nasional (Kwarnas), dan Kwartir Harian (Kwarnari).
Selanjutnya, tanggal 14 Agustus ditetapkan sebagai Hari Pramuka di Indonesia dan dirayakan setiap tahunnya.
Baca Juga: Arti Lambang Pramuka di Indonesia
Penulis | : | Jestica Anna |
Editor | : | Rahwiku Mahanani |
KOMENTAR