adjar.id - Berdasarkan penyebab terbentuknya, ada beberapa jenis gelombang laut di Indonesia.
Gelombang laut adalah gerakan air menyesuaikan arah tegak lurus permukaan air laut sehingga membentuk kurva atau grafik sinusoidal.
Umumnya gelombang laut disebabkan oleh angin.
Angin yang berada di atas permukaan laut mentransfer energinya ke perairan sehingga menyebabkan gelombang.
Selain disebabkan angin, gelombang laut juga bisa disebabkan oleh gempa dan geometri laut seperti bentuk pantai dan profil laut.
Indonesia adalah negara yang memiliki wilayah laut lebih luas dibandingkan wilayah daratan.
Oleh karena itu, Indonesia juga disebut sebagai negara maritim.
Nah, berikut jenis-jenis gelombang laut.
Yuk, kita pelajari!
Baca Juga: Mengapa di Laut Ada Ombak?
Jenis Gelombang Laut
1. Gelombang Kapiler (Capillary Wave)
Gelombang kapiler adalah gelombnag yang disebabkan tegangan getaran permukaan laut dan tiupan angin yang lembut.
Biasanya gelombang kapiler disebut masyarakat Indonesia dengan julukan gelombang riak.
Panjang gelombang kapiler umumnya sekitar 1,7 meter dengan periode 0,2 detik.
2. Gelombang Angin (Wind Wave)
Gelombang Anging adalah gelombang yang disebabkan oleh angin kencang.
Tinggi yang dimiliki gelombang angin mulai dari puluhan sentimeter hingga 10 meter.
Panjang gelombang angin bisa mencapai 130 meter dengan periode 0,2-0,9 detik.
Baca Juga: 3 Manfaat Laut bagi Kehidupan Manusia
3. Gelombang Alun (Swell Wave)
Gelombang alun disebabkan oleh angin yang bertiup lama.
Gelombang alun dapat memiliki panjang mencapai ratusan meter dengan periode 0,9-15 detik.
4. Gelombang Pasang Surut (Tidal Wave)
Gelombang pasang surut disebabkan oleh fluktuasi gravitasi bulan dan matahari.
Gelombang pasang surut memiliki panjang gelombang mencapai beberapa kilometer dengan periode waktu sekitar 5-24 jam.
Nah, itulah empat jenis gelombang berdasarkan penyebab terbentuknya, Adjarian.
Coba Jawab! |
Apa yang dimaksud dengan gelombang? |
Petunjuk: Cek halaman 1. |
Tonton video ini, yuk!
Penulis | : | Atika Mayasari |
Editor | : | Rahwiku Mahanani |
KOMENTAR