adjar.id - Adjarian, terdapat sejumlah etika menyambut tamu yang biasa dilakukan masyarakat Jawa.
Orang Jawa memang terkenal halus, santun, dan memperhatikan unggah-ungguh, termasuk saat menerima tamu.
Biasanya, tamu akan datang karena keperluan tertentu atau bisa juga sekadar silaturahmi.
Beberapa di antaranya datang dengan direncana, tetapi tak jarang juga yang datang dengan tiba-tiba.
Apapun keadaannya, kita sebagai tuan rumah hendaknya dapat memuliakan dan menyambut tamu dengan baik, Adjarian.
Nah, masyarakat Jawa sendiri menerapkan beberapa tata krama atau etika dalam menyambut tamu.
Hal ini bertujuan untuk menjaga keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat.
Etika-etika tersebut tentunya patut kita contoh dan lestarikan sebagai generasi penerus.
Yuk, Langsung saja kita simak tata krama masyarakat Jawa dalam menyabut tamu berikut ini!
Baca Juga: Mengenal 9 Musim yang Dikenal Masyarakat Jawa
5 Tata Krama Masyarakat Jawa dalam Menyambut Tamu
1. Aruh
Aruh bermakna menyapa, menanyakan kabar, atau membuka pembicaraan.
Sebagai tuan rumah, hendaknya kita bersikap nguwongne uwong atau menghargai orang lain.
Misalnya dengan membuka percakapan agar silaturahmi dapat berjalan dengan hangat.
2. Gupuh
Kata gupuh berasal dari "tergopoh-gopoh" atau "tergesa-gesa".
Gupuh bermakna perasaan antusias dan gembira dalam menerima tamu.
Tidak jarang tamu datang mendadak, sehingga kita seakan tergesa-gesa dalam menyambut tamu dan memberikan yang terbaik, hingga meninggalkan pekerjaan rumah yang sedang dilakukan.
Baca Juga: Mengenal Arah Mata Angin dalam Bahasa Jawa Ngoko dan Krama Alus
3. Rengkuh
Mempersilakan tamu untuk masuk ke dalam rumah dan menyambutnya dengan keramah tamahan merupakan hal yang perlu dilakukan untuk tuan rumah.
Kata rengkuh di sini bermakna menarik tamu dengan kehangatan.
4. Lungguh
Jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, lungguh berarti duduk.
Nah, tidak sekadar mempersilakan tamu untuk masuk ke dalam rumah saja, semestinya kita juga mempersilakan tamu untuk duduk.
Dalam adat Jawa, kalau tamu belum diajak untuk duduk, artinya belum "disumanggakne" atau dipersilakan.
Nah, setelah duduk, umumnya sang tuan rumah akan aruh atau membuka percakapan dengan hangat.
5. Suguh
Baca Juga: Bagaimana Asal-usul Sistem Penanggalan Kalender Jawa?
Kalau istilah satu ini sepertinya sudah mengakar di seluruh wilayah Indoensia.
Yap, tamu yang datang, biasanya akan diberikan suguhan atau hidangan oleh tuan rumah.
Hal ini sebagai bentuk penghargaan tamu yang rela datang dan telah menempuh perjalanan demi bertamu ke rumah kita.
Nah, demikianlah lima tata krama masyarakat Jawa dalam menyambut tamu, Adjarian.
Kita bisa mengimplementasikan kelima tata krama tersebut saat kedatangan tamu ke rumah.
Coba Jawab! |
Apa yang dimaksud dengan "rengkuh"? |
Petunjuk: Cek halaman 3. |
Penulis | : | Jestica Anna |
Editor | : | Nabil Adlani |
KOMENTAR