adjar.id – Pernahkah Adjarian menulis teks inspirasi? Tokoh siapa yang mempelopori Adjarian dalam menulis teks tersebut?
Teks inspirasi merupakan salah satu teks yang dipelajari pada mata pelajaran bahasa Indonesia saat menduduki kelas 9 SMP.
O iya, materi ini masih terbilang cukup baru, lo. Maka dari itu, kita ketahui pengertiannya terlebih dahulu, yuk!
Teks inspirasi adalah bahan tertulis yang digunakan sebagai media untuk mendapatkan ide atau gagasan yang bisa menambah semangat dalam mencapai tujuan yang diharapkan.
Nah, berdasarkan definisi tersebut, tujuan teks inspirasi adalah untuk meningkatkan dan menggugah motivasi, semangat, dan rasa percaya diri.
Oleh karena itu, kita dapat mengambil tokoh-tokoh yang memiliki kisah perjuangan inspiratif, seperti pahlawan, tokoh agama, atau publik figur.
O iya, selain itu, teks inspirasi juga dapat diwujudkan dalam bentuk cerita binatang atau fabel supaya lebih menarik, lo.
Nah, kali ini kita akan membuat satu teks inspirasi mengenai perjuangan pahlawan R.A Kartini, langsung saja kita simak bersama, yuk!
“Teks inspirasi digunakan untuk menggugah motivasi serta rasa percaya diri pembacanya.”
Baca Juga: Contoh Teks Eksplanasi tentang Penyebab Kelangkaan Minyak Goreng
Contoh Teks Inspirasi Perjuangan R.A Kartini
Meskipun berasal dari keluarga terpandang dan terpelajar, namun keluarga Kartini masih memegang teguh tradisi, termasuk mengenai peran perempuan dalam keluarga dan kehidupan. Kartini menempuh pendidikan hanya sampai usia 12 tahun di Europese Lagere School (ELS).
ELS adalah sekolah dasar milik pemerintah Hindia Belanda bagi anak-anak peranakan Eropa, keturunan timur asing, atau pribumi dari kalangan bangsawan terkemuka. Oleh sang ayah, Kartini diminta untuk tidak melanjutkan sekolah.
Ia pun mulai dipingit atau tidak boleh keluar rumah sesuai kebiasaan tradisi. Selama dipingit di rumah, Kartini mulai menulis surat kepada teman-temannya yang kebanyakan berasal dari Eropa, seperti Estelle atau Stella Zeehandelaar, Jacques Henrij Abendanon, Rosa Manuela Abendanon, dan lainnya.
Sebelum menginjak umur 20 tahun, Kartini sudah membaca buku-buku seperti De Stille Kraacht karya Louis Coperus, Max Havelaar dan Surat-Surat Cinta yang ditulis Multatuli, juga karya-karya Frederik van Eeden.
Tak hanya itu, Kartini juga melahap roman feminis karangan Goekoop de-Jong van Beek dan Die Waffen Nieder yang merupakan roman anti-perang tulisan Berta von Suttner.
Pada 12 November 1903, Kartini terpaksa menikah dengan Bupati Rembang K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat karena permintaan ayahnya.
Suami Kartini ternyata tidak seburuk yang ia pikirkan. Ia mendukung cita-cita Kartini yang ingin memajukan perempuan di Indonesia, termasuk mengelola sekolah untuk kaum putri di kompleks kantor bupati.
Kartini memang konsisten memperjuangkan kesetaraan antara kaum perempuan dan laki-laki di lingkungannya. Aturan adat dan konstruksi sosial dalam masyarakat Jawa membuat perempuan berada di bawah laki-laki.
Baca Juga: Contoh Teks Artikel tentang COVID-19 Varian Omicron
Masyarakat Jawa kebanyakan pada waktu itu memang mengharapkan putrinya disunting pria ningrat demi meningkatkan derajat dan taraf hidup keluarga.
Menurut Kartini, gadis-gadis tersebut tidak dapat dipersalahkan karena pada umumnya mereka merupakan anak-anak dari keluarga biasa atau rakyat jelata.
Mereka berangan-angan mendapat kemewahan, kehormatan, dan kenikmatan duniawi lainnya. Menikah dengan pria bangsawan merupakan anugerah yang membuka jalan bagi mereka untuk mobilitas sosial secara vertikal.
Dengan caranya, Kartini ingin menyadarkan bahwa kaum perempuan di Jawa atau Indonesia seharusnya lebih dihargai dan mendapatkan kesetaraan seperti halnya kaum pria.
“Teks inspirasi dapat berupa perjuangan pahlawan, tokoh agama, publik figur, maupun tentang hewanatau fabel.”
Nah Adjarian, itulah contoh teks inspirasi mengenai perjuangan R.A Kartini, yang wajib kita pelajari.
Sekarang, yuk, coba jawab soal berikut ini!
Pertanyaan |
Apa inspirasi yang kamu dapat dari kisah R.A Kartini? |
Petunjuk: Cek halaman 1-3. |
Simak video di bawah ini, yuk!
Penulis | : | Jestica Anna |
Editor | : | Aisha Amira |
KOMENTAR