adjar.id – Guru gatra, guru lagu, dan guru wilangan adalah sederet aturan dalam tembang macapat Jawa.
Macapat adalah hasil kebudayaan yang berupa puisi rakyat yang penyebarannya dilakukan dari generasi ke generasi secara lisan.
Nah, macapat umumnya adalah puisi tradisional rakyat yang memiliki nada, jadi setiap macapat memiliki nada khas tersendiri.
Dikutip dari Data Pokok Kebahasaan dan Kesastraan Kemdikbud, macapat merupakan sarana untuk merenung.
Tembang macapat banyak digunakan orang tua untuk menasihati anak-anak mereka agar lebih mengerti mengenai makna kehidupan.
Hal ini dikarenakan makna liriknya yang biasanya cukup berisi petuah atau nasihat, Adjarian.
Adanya guru gatra, guru lagu, dan guru wilangan membuat tembang macapat menjadi terdengar indah.
Lalu, apa yang dimaksud dengan guru gatra, guru lagu, dan guru wilangan? Yuk, simak uraian berikut!
"Tembang macapat digunakan untuk memberikan petuah kepada anak-anak tentang makna kehidupan."
Baca Juga: Karesidenan di Pulau Jawa pada Masa Pemerintahan Daendels
Guru Gatra
Dalam bahasa Jawa, tembang macapat juga umumnya memiliki bait sama seperti puisi. Nah, tiap-tiap bait memiliki jumlah baris tertentu.
Nah Adjarian, jumlah larik (baris) dalam satu bait pada tembang macapat inilah yang disebut dengan guru gatra.
Coba perhatikan contoh berikut!
Lagu macapat Pucung
Bapak pucung dudu watu dudu gunung (1)
Sangkamu ing sabrang (2)
Ngon ingone Sang Bupati (3)
Yen lumapah Si pucung lambehan grana (4)
Baca Juga: Kesenian Ketoprak: Pengertian, Sejarah, dan Ciri-Cirinya
Nah, pada bait tembang pocung di atas terdiri dari empat baris kalimat, artinya terdapat empat guru gatra.
"Guru gatra adalah jumlah baris dalam satu bait macapat."
Guru Lagu
Selanjutnya ada guru lagu. Guru lagu merupakan jatuhnya suara vokal (a. i, u, e, o) pada akhir dalam setiap lirik atau kalimat.
Supaya tidak bingung, perhatikan contoh berikut!
Lagu Macapat Mijil
Madya ratri kentarnya mangikis, (i)
Madya ratri kentarnya mangikis, (i)
Sira Sang lir sinom, (o)
Baca Juga: Mengenal Alat Musik Angklung: Asal, Sejarah, dan Jenis-Jenisnya
Saking taman miyos butulane, (e)
Datan wonten cethine udani, (i)
Lampahe lestari, (i)
Wus ngambah marga Gung (u)
Perhatikan baris pertama, meskipun lirik diakhiri dengan huruf s, tetapi yang diperhatikan adalah huruf vokalnya. Jadi, guru lagu pada tembang macapat Mijil adalah i-o-e-i-i-u.
"Guru lagu merupakan jatuhnya huruf vokal pada akhir lirik."
Guru Wilangan
Guru wilangan merupakan jumlah suku kata dalam satu baris.
Nah, cara menghitung suku kata tembang macapat sama seperti bahasa Indonesia, yaitu menghitung pada banyaknya kecap kata.
Baca Juga: Sinopsis Legenda Gunung Tangkuban Perahu, Kisah tentang Sangkuriang
Perhatikan contoh berikut.
Madya ratri kentarnya mangikis, (10)
Sira Sang lir sinom, (6)
Saking taman miyos butulane, (10)
Datan wonten cethine udani, (10)
Lampahe lestari, (6)
Wus ngambah marga Gung (6)
Nah, guru wilangan pada bait tembang di atas adalah 10. 6, 10, 10, 6, 6.
Demikian penjelasan dan contoh guru gatra, guru lagu, dan guru wilangan dalam bahasa Jawa, Adjarian.
Sekarang coba kerjakan soal berikut, yuk!
Pertanyaan |
Bacalah tembang macapat Mijil di halaman 3 dan tentukan guru gatranya. |
Petunjuk: Cek halaman 2-4. |
Penulis | : | Jestica Anna |
Editor | : | Rahwiku Mahanani |
KOMENTAR