adjar.id - Sudahkah Adjarian tahu seperti apa penerapkan sila kedua Pancasila dalam kehidupan sehari-hari?
Selain mempelajari Pancasila di sekolah, menerapkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari adalah salah satu bentuk dalam menjaga Pancasila, lo.
Penerapan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, juga menjadi salah satu bukti bahwa kita telah melakukan tugas kita sebagai masyarakat Indonesia yang baik.
Namun, belum semua tahu bagaimana cara menerapkan sila kedua di dalam kehidupan sehari-hari kita.
Baca Juga: Makna 5 Lambang Pancasila yang Merupakan Dasar Negara Indonesia
O iya, dalam menerapkan sila kedua, kita dapat melakukan dengan berbagai cara, lo.
Apa saja contoh penerapan sila kedua Pancasila dalam kehidupan sehari-hari?
Yuk, simak jawabannya di bawah ini!
Penerapan Sila Kedua dalam Kehidupan Sehari-hari
Penerapan sila kedua Pancasila dalam kehidupan sehari-hari dapat dilakukan melalui berbagai cara seperti:
1. Menghormati Orang yang Lebih Tua dan Sesama
Menghormati orang yang lebih tua adalah hal yang wajib kita lakukan sejak kecil.
Menghormati orang yang lebih tua ataupun sesama, merupakan salah satu contoh dari sikap yang "beradab".
Baca Juga: Hak Asasi Manusia dalam Nilai-Nilai Pancasila
Contohnya, saat pergi bermain ke rumah teman, hal yang pertama wajib kita lakukan adalah mengucapkan salam kepada kedua orang tua teman.
Dengan itu, Adjarian, sudah menerapkan sila kedua.
O iya, sikap menghormati tidak hanya untuk orang yang lebih tua saja, tapi juga dengan sesama.
2. Menjaga Keadilan dan Bertindak dengan Adil
Selain menghormati sesama, bertindak adil merupakan salah satu bagian dari sila kedua.
"Kemanusiaan yang Adil dan Beradab", adalah bunyi sila kedua, yang mengingatkan kita agar menjadi manusia yang adil.
Misalnya, membantu orang lain yang sedang kesusahan secara adil tanpa melihat latar belakang, ras, agama, suku, dan kelas sosial.
Sebagai masyarakat Indonesia yang baik, kita wajib saling menolong secara adil tanpa melihat latar belakang.
Baca Juga: Hari Lahir Pancasila dan Para Tokoh di Balik Kelahiran Pancasila
Selain itu, kita juga wajib untuk bertindak adil jika ada yang melakukan kesalahan.
Misalnya, jika ada teman kita yang menyontek saat ujian, kita harus segera memberitahu guru tanpa memiliki sifat ragu.
Nah, dengan itu, Adjarian, sudah melakukan sikap adil dari sila kedua, lo.
3. Menghargai Setiap Perbedaan Pendapat
Adjarian, setiap orang lain memiliki pendapat yang berbeda-beda dalam hidup ini.
Terkadang, pendapat itu bisa sama dengan pendapat kita.
Atau mungkin, bisa berbanding terbalik dengan pendapat kita.
Baca Juga: Keberagaman Kegemaran di Rumah, Amalan Sila Keberapa dan Apa Manfaatnya?
Nah, oleh karena itu, menghargai setiap perbedaan pendapat adalah hal yang sangat penting.
Misalnya, kita ingin sekali bermain di lapangan, akan tetapi, teman-teman di komplek rumah menyarankan untuk bermain di rumah masing-masing.
Jika terjadi hal seperti ini, kita bisa mendengarkan alasannya terlebih dahulu, lalu, berusaha untuk menghargai pendapat tersebut.
Sebab, setiap perbedaan bersifat untuk saling melengkapi, Adjarian!
Makna Sila Kedua
"Kemanusiaan yang Adil dan Beradab" adalah hal yang sangat penting untuk dimiliki semua masyarakat Indonesia.
Dalam sila kedua Pancasila tersebut, kita diajarkan untuk saling menghormati, menghargai, menjaga, membela, dan tidak membeda-bedakan.
Seperti yang Adjarian tahu, setiap perbedaan tercipta untuk saling melengkapi.
Indonesia adalah negara yang memiliki banyak kebudayaan, ras, suku, agama, dan perbedaan lainnya.
Baca Juga: Perbedaan Hari Lahir Pancasila dan Hari Kesaktian Pancasila
Namun, dengan banyaknya perilaku tenggang rasa yang sudah ditanamkan sejak dulu, Indonesia menjadi negara yang sangat menghormati satu sama lain.
Untuk kata "adil", setiap perilaku buruk wajib mendapatkan keadilan tanpa melihat latar belakang, ya.
Semua orang memiliki hak dan kewajiban yang sama dan tidak pernah ada pembeda antara satu dengan yang lainnya.
Nah, itulah contoh penerapan sila kedua Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Adjarian.
Penulis | : | Aisha Amira |
Editor | : | Rahwiku Mahanani |
KOMENTAR