adjar.id - Di Indonesia, musim hujan dimulai dari bulan Oktober sampai April. Sebaliknya, musim kemarau hadir pada bulan April sampai Oktober.
Namun, pada tahun-tahun belakangan, hujan pun kadang turun di bulan April, Mei, Juni, Juli, Agustus, dan September. Kini, musim sering tak menentu. Hujan sulit diprediksi.
Ketika sedang melakukan perjalanan, jika hujan tiba-tiba turun hujan memang menyebalkan. Berbeda jika kita sedang bersantai di rumah. Hujan bisa sangat menenangkan.
Kecuali kalau tidak bikin mati listrik, sih. Berabe banget apalagi kalau sedang mengerjakan tugas sekolah yang tenggat waktunya mepet. Duh!
Baca Juga: Apa Itu Gaya Gravitasi? Berikut Pengertian, Bukti, dan Manfaatnya
Pada saat hujan beberapa di antara Adjarian mungkin membikin mie rebus atau susu hangat. Wah, sedap sekali.
Yang merasakan nikmat tak cuma lidah atau perut. Hidung kita juga semarak oleh bau-bauan. Tak cuma bau makanan atau minuman, tapi juga tanah basah.
Kok bisa, ya, tanah yang kalau kering tidak mengeluarkan bau tapi ketika hujan baunya sedap betul?
Asal Usul Kata Petrikor
Sebelum kita mencari tahu penyebab keluarnya petrikor, tahukah Adjarian asal usul kata ini?
Mungkin, setiap hujan turun, kalian atau teman kalian suka posting di media sosial. "Aku suka sekali Petrichor," misalnya. Atau malah, "Aku seorang petrichor."
Adjarian harus tahu, KBBI sudah menyerap kata ini. Jadi bukan "petrichor" melainkan "petrikor".
Baca Juga: Punya Bobot yang Sangat Berat, Mengapa Awan Bisa Melayang dan Tidak Jatuh?
Dalam KBBI, petrikor adalah aroma khas yang diasosiasikan dengan aroma yang keluar saat air hujan membasahi tanah yang kering.
Ingat, petrikor adalah nama aromanya, bukan nama bagi penggemar aroma tanah basah ini. Nah, petrikor ini diambil dari bahasa Yunani.
Kata ini merupakan gabungan dari kata "petra" atau "petros" dan "ichor".
"Petra" dan "petros" berarti 'batu', sedangkan "ichor" adalah 'cairan yang mengalir dalam pembuluh darah dewa-dewa dalam mitologi Yunani kuno'.
Penyebab Keluarnya Aroma Petrikor
Dua orang pertama yang mencoba mengungkapkan fenomena ini secara ilmiah adalah Isabel Bear dan Dick Thomas. Mereka berdua berasal dari Australia.
Isabel Bear dan Dick Thomas menjelaskan fenomena ini dalam makalah yang diterbitkan dalam jurnal Nature pada Maret 1964.
Thomas menciptakan kata "petrichor" untuk mendefiniskan aroma argillaceous.
Baca Juga: Mengapa Hidung Memproduksi Banyak Lendir atau Ingus ketika Sedang Flu?
Selama kemarau, argillaceous menghasilkan minyak. Nah, kemudian minyak ini terserap oleh tanah.
Barulah, ketika hujan turun, minyak ini lepas ke udara bersama senyawa lain yang bernama geosmin, produk sampingan metabolik dari actinobacteria tertentu.
Pernahkan kalian mencoba menadah air hujan dan menjajal menghirup baunya?
Pasti tidak berbau. Petrikor menguar karena interaksi antara air hujan dan tanah.
Manfaat Petrikor
Kenapa, sih, kita begitu senang akan aroma tanah basah saat hujan?
Beberapa ilmuwan percaya, ini karena sudah dari puluhan ribu tahun silam, nenek moyang manusia sangat menghargai hujan.
Mereka riang gembira bila hujan turu. Hidup nenek moyang kita sangat bergantung pada cuaca.
Baca Juga: Mengenal 8 Jenis Arah Mata Angin dan Bagaimana Cara Menentukannya
Petrikor ini juga bisa disamakan dengan bau kue. Ingat lebaran kemarin?
Apakah di antara kalian ada yang membikin kue di rumah bersama saudara dan orang tua?
Bagaimana rasanya ketika bau kue memenuhi lubang hidung? Pasti mantap sekali.
Begitu pula kurang lebih pada petrikor. Aromanya yang segar membuat kita merasa rileks, membangkitkan memori indah, dan berpengaruh mengeluarkan hormon yang membuat kita merasa bahagia.
Penulis | : | Irfan Sholeh |
Editor | : | Rahwiku Mahanani |
KOMENTAR