adjar.id – Indonesia adalah negara yang kaya akan keberagaman, di antaranya adalah keberagaman agama, kebudayaan, dan suku bangsa.
Semua keberagaman ini menjadi anugerah yang dimiliki oleh Indonesia, persis seperti semboyan bangsa, yakni Bhinneka Tunggal Ika.
Keanekaragaman masyarakat Indonesia tersebut menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia bersifat plural.
Baca Juga: Mengenal Keragaman Suku Bangsa dan Budaya Indonesia
Selain plural, ada istilah lain yaitu multikultural, yaitu masyarakat yang memiliki lebih dari dua kebudayaan.
Keragaman ini berfungsi untuk mempertahankan identitas dan integrasi sosial masyarakat.
Nah, kita simak penjelasan selengkapnya tentang keberagaman Indonesia berikut ini, yuk!
“Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan bagi bangsa Indonesia yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu jua.”
1. Perbedaan Agama
Di Indonesia ada enam agama yang diakui secara resmi, yakni:
Agama Islam
Agama Islam dianut oleh hampir 82,7% penduduk Indonesia.
Umat Islam memiliki beberapa hari besar, yaitu Hari Raya Idulfitri dan Hari Raya Iduladha.
Baca Juga: Jenis-Jenis Keberagaman Sosial Budaya di Indonesia
Agama Kristen Protestan
Agama Kristen Protestan berkembang selama masa kolonial Belanda abad XVI.
Pada abad XVI Kristen Protestan berkembang sangat pesat yang ditandai dengan hadirnya para misionaris dari Eropa ke beberapa wilayah di Indonesia.
Wilayah yang didatangi meliputi wilayah barat Papua, Sumatera Utara, Sulawesi Utara, dan Jawa.
“Agama Islam dianut sebanyak hampir 82,7% penduduk Indonesia."
Agama Kristen Katolik
Agama Kristen Katolik masuk ke Indonesia bersamaan dengan datangnya bangsa Portugis dan Spanyol.
Salah satu tujuan Portugis datang ke Indonesia untuk menyebarkan agama Katolik Roma dan itu dimulai di kepulauan Maluku tahun 1534.
Agama Hindu dan Buddha
Agama Hindu dan Buddha masuk berbarengan dengan banyaknya pedagang dari India yang berdagang ke Indonesia.
O iya, kerajaan Sriwijaya pada zaman dahulu pernah menjadi pusat studi agama Budhha di Asia Tenggara.
Baca Juga: Peran dan Fungsi Keragaman Bahasa dalam Kehidupan Manusia
Agama Konghucu
Agama Konghucu dengan Hari Raya Imlek telah ada sejak lama di Indonesia. Hal ini terlihat dari klenteng yang digunakan sebagai tempat peribadatan.
Contohnya Klenteng Ban Hing Kiong di Manado yang didirikan pada tahun 1819.
Itulah beragam agama di Indonesia. Sebelum agama-agama tersebut masuk di Indonesia, masyarakat Nusantara lebih dulu telah mengenal aliran kepercayaan.
“Di Indonesia terdapat enam agama, yaitu Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu.”
2. Perbedaan Budaya
Budaya merupakan sebuah sistem gagasan dan rasa, sebuah tindakan serta karya yang dihasilkan oleh manusia di dalam kehidupannya.
J.J Hoeningman berpendapat bahwa ada tiga wujud budaya yaitu gagasan, tindakan, dan karya.
Berikut ini beberapa hal yang memengaruhi perbedaan kebudayaan masyarakat Indonesia.
- Perbedaan Lokasi
Lokasi dari masyarakat memengaruhi kebudayaan yang melekat pada diri masyarakat itu sendiri.
Misalnya rumah asli masyarakat Jawa dan kalimantan yang memiliki bentuk berbeda. Nah, kondisi alam menyebabkan perbedaan bentuk rumah.
Baca Juga: Contoh Soal dan Jawaban Keragaman Kesenian dan Kepercayaan Indonesia
- Perbedaan Agama atau Keyakinan
Peninggalan candi dan relief menjadi salah satu tanda bahwa agama Hindu masuk ke Indonesia.
Beberapa daerah di Indonesia seperti Riau, Jambi, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bogor, Yogyakarta, dan Surakarta terdapat peninggalan pusat-pusat kebudayaan pada masa kerajaan Hindu-Buddha.
Pada masa perkembangan Islam, seni bangunan dan ukiran relief berganti menjadi seni ukir kaligrafi dan bangunan masjid.
Selain kedua hal tersebut, perbedaan kebudayaan juga di sebabkan oleh faktor adat-istiadat, tradisi dan kebiasaan.
Nah, itulah keberagaman Indonesia, Adjarian. Sebagai generasi penerus kita harus bisa menjaga keberagaman dengan tetap hidup rukun dan damai.
Sekarang jawab pertanyaan berikut, yuk!
Pertanyaan |
Sebutkan faktor yang memengaruhi kebudayaan masyarakat Indonesia. |
Petunjuk: Cek halaman 3. |
Penulis | : | Nabil Adlani |
Editor | : | Rahwiku Mahanani |
KOMENTAR