Tembang Macapat Pucung: Makna, Aturan, dan Wataknya

By Rizky Amalia, Jumat, 11 Oktober 2024 | 11:00 WIB
'Pucung' termasuk salah satu jenis 'tembang macapat' Jawa yang masih dipopulerkan hingga saat ini. (maxpixel)

adjar.id - Apakah Adjarian pernah menyanyikan tembang macapat Pucung?

Pucung termasuk salah satu jenis tembang macapat Jawa yang masih dipopulerkan hingga saat ini.

Tembang-tembang macapat terdiri dari sebelas tembang, yaitu Maskumambang, Mijil, Sinom, Kinanthi, Asmarandana, Gambuh, Dhandhanggula, Durma, Pangkur, Megatruh, dan Pucung.

Kesebelas tembang macapat ini menggambarkan perjalanan kehidupan manusia.

11 jenis tembang macapat memiliki karakteristik masing-masing yang menggambarkan tahapan kehidupan manusia mulai dari dalam rahim ibu, masa kelahiran, anak-anak, dewasa, tua, sampai meninggal dunia.

Macapat adalah jenis karya sastra puisi bahasa Jawa yang disusun dengan aturan tertentu.

Tembang macapat memiliki ciri khas yang membedakannya dari tembang lain, yaitu setiap baitnya terdiri dari baris kalimat yang disebut dengan gatra.

Ada pula aturan bait satu dengan bait lainnya yang harus saling memiliki keterkaitan suku kata yang disebut guru lagu.

Tidak hanya itu saja, setiap baris tembang macapat juga memiliki jumlah suku kata yang disebut dengan guru wilangan.

Susunan guru gatra, lagu, dan wilangan ini membuat tembang macapat semakin indah dan berbeda dari tembang lainnya.

Nah, berikut makna, aturan, dan watak dari tembang macapat Pucung. Simak, yuk!

Baca Juga: Tembang Macapat Megatruh: Makna, Aturan, dan Wataknya