Pada abad ke-19 dan awal abad ke-20, hampir seluruh wilayah Asia, Afrika, dan Timur Tengah berada di bawah kendali kekuatan kolonial Eropa, seperti Inggris, Belanda, Prancis, dan Portugal.
Kolonialisme ini membawa perubahan besar dalam struktur sosial, ekonomi, dan politik di wilayah-wilayah yang dijajah.
Bangsa-bangsa Timur yang sebelumnya memiliki sistem pemerintahan dan budaya sendiri dipaksa untuk mengikuti sistem dan aturan yang ditetapkan oleh penjajah.
Di Indonesia, kolonialisme Belanda berlangsung selama lebih dari tiga abad, di mana mereka menerapkan sistem ekonomi yang eksploitatif, seperti tanam paksa (cultuurstelsel), dan menguras sumber daya alam serta tenaga kerja lokal.
Penduduk pribumi dipaksa menanam tanaman ekspor seperti kopi, tebu, dan teh, sedangkan keuntungan dari hasil bumi ini sebagian besar mengalir ke Eropa.
Sistem ini menyebabkan penderitaan luar biasa di kalangan penduduk lokal, menurunkan taraf hidup mereka, dan menimbulkan rasa ketidakpuasan yang mendalam.
2. Munculnya Kelas Terpelajar
Pada akhir abad ke-19, perubahan penting terjadi dengan munculnya kelompok terpelajar di kalangan pribumi.
Ini sebagian besar disebabkan oleh kebijakan etis yang diperkenalkan oleh Belanda pada awal abad ke-20, yang bertujuan untuk memberikan pendidikan bagi anak-anak pribumi.
Meskipun kebijakan ini bertujuan untuk menciptakan elit lokal yang dapat membantu administrasi kolonial, hasilnya adalah lahirnya generasi baru yang sadar akan ketidakadilan kolonialisme dan mulai memperjuangkan perubahan.
Baca Juga: Kapan Hari Kebangkitan Nasional Diperingati?