Kerajaan Wajo: Masa Kejayaan, Kemunduran, dan Peninggalan

By Nabil Adlani, Jumat, 22 Maret 2024 | 11:00 WIB
Kerajaan Wajo merupakan kerajaan di Sulawesi Selatan yang bercorak Islam. (dok. Kemdikbud)

Saat Kerajaan Gowa-Tallo menyerah, Kerajaan Wajo menolak untuk menandatangani Perjanjian Bongaya.

Kerajaan Wajo lebih memilih untuk tetap melakukan perlawanan terhadap VOC.

Perjuangan Kerajaan Wajo harus terhenti di tahun 1670, ketika ibu kota kerajaan di Tosora berhasil dikuasai VOC dan Bone yang dipimpin Arung Palakka.

Rakyat Kerajaan Wajo setelah itu lebih memilih untuk bermigrasi sebab tidak mau dijajah.

Akhirnya, di tahun 1726 muncul sosok bernama La Maddukkelleng yang menjadi musuh bagi pihak Belanda.

Karena tekan dan usahanya untuk membebaskan Kerajaan Wajo dan Sulawesi Selatan dari kekuasaan Belanda, La Maddukkelleng diangkat menjadi raja atau Arung Matoa ke-31 di tahun 1736.

Di bawah pemerintahan La Maddukkelleng, rakyat bisa memenangkan peperangan melawan Bone.

Bahkan, ibu kota Kerajaan Wajo bisa direbut kembali dari Belanda.

La Maddukelleng juga pernah memajukan kehidupan sosial dan politik Kerajaan Wajo di antara kerajaan-kerajaan di Sulawesi Selatan.

Hingga akhirnya, di tahun 1754 La Maddukelleng menyatakan diri untuk mundur.

"Masa kejayaan Kerajaan Wajo terjadi pada tahun 1736 ketika La Maddukkelleng diangkat sebagai raja atau Arung Matoa ke-31."

Baca Juga: Masa Kejayaan dan Daftar Raja Kerajaan Gowa Tallo