Jawab Soal Latihan 1 Mengulas Kutipan Teks Narasi, Materi Bahasa Indonesia Kelas XII Kurikulum Merdeka

By Nabil Adlani, Sabtu, 24 Februari 2024 | 14:30 WIB
Soal ulasan terhadap kutipan-kutipan teks narasi. (Tangkapan layar buku Bahasa Indonesia kelas XII Kurikulum Merdeka)

adjar.id - Dalam buku Bahasa Indonesia Tingkat Lanjut: Cakap Berbahasa dan Bersastra Indonesia kelas XII Kurikulum Merdeka, terdapat soal Latihan 1 di halaman 241.

Pada soal tersebut kita diminta untuk menjawab ulasan terhadap kutipan-kutipan teks narasi.

Nah, artikel kali ini akan membahas soal tersebut yang dapat dijadikan sebagai referensi, Adjarian.

Teks narasi adalah jenis teks yang berfokus pada penyampaian cerita atau rangkaian peristiwa secara berurutan.

Tujuan utama dari teks narasi adalah untuk memberikan informasi atau hiburan kepada pembaca dengan cara menggambarkan kejadian atau peristiwa yang terjadi.

Teks narasi biasanya melibatkan karakter, tempat, waktu, konflik, dan resolusi, seperti dalam sebuah cerita fiksi atau nonfiksi.

Yuk, simak pembahasan soal Latihan 1 mengulas kutipan teks narasi berikut ini!

Latihan 1 Mengulas Kutipan Teks Narasi

1. Kutipan: Sebagai penjaga surau, Kakek tidak mendapat apa-apa. Ia hidup dari sedekah yang dipungutnya sekali se-jumat.

Sekali enam bulan ia mendapat seperempat dari hasil pemunggahan ikan mas dari kolam itu. Dan sekali setahun orang-orang mengantarkan fitrah ID kepadanya.

Jawaban: Kutipan tersebut menggambarkan melasnya seorang kakek karena hidupnya hanya mengandalkan sedekah dari orang lain.

Baca Juga: Unsur dan Karakter Struktur Teks Narasi, Materi Bahasa Indonesia Kelas XII Kurikulum Merdeka

Kutipan ini merupakan gagasan pengarang untuk mengkritik orang-orang yang malas bekerja, walaupun kelihatannya dia berlaku saleh dengan ditunjukkan menjaga surau.

2. Kutipan: Dan tinggallah surau itu tanpa penjaganya. Hingga anak-anak menggunakannya sebagai tempat bermain, memainkan segala apa yang disukai mereka.

Perempuan yang kehabisan kayu bakal, sering suka mencopot papan dinding atau lantai di malam hari. Jika Tuan datang sekarang, hanya akan menjumpai gambaran yang mengesankan suatu kesucian yang bakal bodoh.

Jawaban: Kutipan tersebut menunjukkan ketidakpedulian orang-orang terhadap sarana agama.

Kutipan ini merupakan gagasan pengarang untuk mengkritik orang-orang yang sudah tidak memiliki rasa peduli pada sesuatu yang harusnya terpelihara dengan baik.

3. Kutipan: "Sedari mudaku aku di sini, bukan? Tak kuingat punya istri, punya anak, punya keluarga seperti orang-orang lain, tahu? Tak kupikirkan hidupku sendiri. Aku tak ingin cari kaya, bikin rumah.

Segala kehidupanku, lahir batin, kuserahkan kepada Allah Subhanahuwata'ala. Tak pernah aku menyusahkan orang lain.

Lalat seekor enggan aku membunuhnya. Tapi kini aku dikatakan manusia terpuruk. Umpan neraka.

Marahkah Tuhan kalau itu yang kulakukan, sangkamu? Akan dikutukinya aku kalau selama hidupku aku mengabdi kepada-Nya? Tak kupikirkan hari esokku, karena aku yakin Tuhan itu ada dan pengasih penyayang kepada umat-Nya yang tawakal. Aku bangun pagi-pagi. Aku bersuci.

Aku pukul beduk membangunkan manusia dari tidurnya, supaya bersujud kepada-Nya. Aku sembahyang setiap waktu. Aku puji-puji Dia. Aku baca Kitab-Nya. Alhamdulillah kataku bila aku terkejut, Masya-Allah, kataku bila aku kagum. Apalah salahnya pekerjaanku itu? Tapi kini aku dikatakan manusia terkutuk"

Jawaban: Kutipan tersebut menunjukkan kesalahan persepsi orang terhadap agama yang dianutnya.

Baca Juga: Teks Narasi: Unsur Kebahasaan dan Jenis, Materi Bahasa Indonesia Kelas XII Kurikulum Merdeka

Agama tidak mengajarkan orang harus beribadah terus tanpa berusaha untuk kehidupan di dunia.

Kutipan ini merupakan gagasan pengarang untuk mengkritik orang-orang yang mengira agama itu hanya berkaitan dengan ibadah ritual.

Padahal, berusaha untuk kehidupan dunia pun merupakan ibadah.

4. Kutipan: Dan malaikat dengan sigapnya menjewer Haji Saleh ke neraka. Haji Saleh tidak mengerti kepada ia dibawa ke neraka. Ia tak mengerti yang dikehendaki Tuhan daripadanya dan ia percaya Tuhan tidak silap.

Alahkah tercengangnya Haji Saleh, karena di neraka itu banyak teman-temannya di dunia terpanggang hangus, merintih kesakitan.

Dan ia tambah tak mengerti lagi dengan keadaan dirinya, karena semua orang-orang yang dilihatnya di neraka itu tak kurang ibadatnya dari dia sendiri.

Bahkan ada salah seorang yang telah sampai empat belas kali ke mekah dan bergelar syekh pula.

Jawaban: Kutipan tersebut menunjukkan kesalahan persepsi orang terhadap agama yang dianutnya. Dikiranya agama hanya berurusan dengan ibadah ritual.

Padahal, agama menyuruh kita untuk menjaga keseimbangan antara beribadah ritual dengan bekerja untuk mencari kehidupan agar tidak menyusahkan orang lain.

5. "Engkau rela tetap melarat, bukan?" "Benar. Kami rela sekali, Tuhanku." "Karena kerelaanmu itu, anak cucumu tetap juga melarat, bukan?" "Sungguhpun anak cucu kami itu melarat, tapi mereka semua pintar mengaji. Kitab-Mu mereka hafal di luar kepala."

"Tapi seperti kamu juga, apa yang disebutnya tidak dimasukkan ke hatinya, bukan?" "Ada tuhanku."

Baca Juga: Teks Narasi: Struktur dan Ciri-Ciri, Materi Bahasa Indonesia Kelas XII Kurikulum Merdeka

"Kalau ada, kenapa engkau biarkan dirimu melarat, hingga anak cucumu teraniaya semua. sedangkan harta bendamu kau biarkan orang lain mengambilnya untuk anak cucu mereka.

Dan engkau lebih suka berkelahi antara kamu sendiri, saling menipu, saling memeras. Aku beri kau negeri yang kaya-raya, tapi kau malas. Kau lebih suku beribadat saja, karena beribadat tidak mengeluarkan peluh, tidak membanting tulang.

Sedangkan aku menyuruh engkau semuanya beramal di samping beribadat. Bagaimana engkau bisa beramal kalau engkau miskin.

Engkau kira aku ini suka pujian, mabuk disembah saja, hingga kerjamu lain tidak memuji-muji dan menyembah saja. Tidak. Kamu semua mesti masuk neraka. Hai, Malaikat, halaulah mereka ini kembali ke neraka. Letakkan di keraknya."

Jawaban: Kutipan tersebut menunjukkan tafsiran yang keliru terhadap agama. Mereka mengira agama hanya berurusan dengan kegiatan beribadah.

Hal itu berlangsung turun-temurun sampai-sampai tak sadar orang lain telah mengangkut kekayaan dari negeri Nusantara ke negeri mereka (penjajah).

Kutipan ini merupakan kritikan kepada bangsa Indonesia umumnya yang menurutnya telah membiarkan dirinya melarat, tidak mau bangkit, akhirnya penjajahan dengan mudahnya merampas segala yang kita memiliki.

Sekaligus juga sebagai amanat agar kita bangkit dari ketertinggalan dan maju sebagai sebuah bangsa yang bermartabat.

6. Semua jadi pucat pasi tak berani berkata apa-apa lagi. Tahulah mereka sekarang apa jalan yang diredhai Allah di dunia.

Tapi Haji Saleh ingin juga kepastian apakah yang dikerjakannya di dunia itu salah atau benar. Tapi ia tak berani bertanya kepada Tuhan.

Ia bertanya saja saja pada malaikat yang mengiring mereka itu. "Salahkah menurut pendapatmu, kalau kami menyembah Tuhan di dunia" tanya Haji Saleh.

Baca Juga: Teks Narasi: Pengertian dan Jenis-Jenis Teks Narasi dalam Bahasa Indonesia

"Tidak. Kesalahan engkau, karena engkau terlalu mementingkan dirimu sendiri. Kau takut masuk neraka, karena itu kau taat bersembahyang. Tapi engkau melupakan kehidupan kaummu sendiri, melupakan kehidupan anak istrimu sendiri, sehingga mereka itu kucar-kacir selamanya.

Inilah kesalahanmu yang terbesar, terlalu egoistis. Padahal engkau di dunia berkaum, bersaudara semuanya, tapi engkau tak memperdulikan mereka sedikit pun."

Jawaban: Kutipan ini merupakan kritik kepada bangsa Indonesia yang egois dan mementingkan diri sendiri.

Padahal, manusia di dunia ini tidak dapat berdiri sendiri. Oleh karena itu, manusia perlu bekerja sama dan saling membantu.

7. "Ya. Tadi subuh Kakek kedapatan mati di suraunya dalam keadaan yang mengerikan sekali. Ia menggoroh lehernya dengan pisau cukup."

"Astaga. Ajo Sidi punya gara-gara," kataku seraya cepat-cepat meninggalkan istriku yang tercengang-cengang. Aku cari Ajo Sidi ke rumahnya.

Tapi aku berjumpa sama istrinya saja. Lalu aku tanya dia. "Ia sudah pergi," jawab istri Ajo Sidi. "Tidakkah ia tahu Kakek meninggal?"

"Sudah. Dan ia meninggalkan pesan agar dibelikan kain kafan buat Kakek tujuh lapis." "Dan sekarang?" tanyaku kehilangan akal sungguh mendengar segala peristiwa oleh perbuatan Ojo Sidi yang tidak sedikit pun bertanggung jawab, "dan sekarang ke mana dia?" "Kerja" "Kerja?" tanyaku mengulangi hampa. "Ya, Dia pergi kerja."

Jawaban: Kutipan tersebut menunjukkan tafsiran dari sisi lain tentang agama. Selain memerintahkan untuk beribadah, agama juga mengharuskan umatnya untuk bekerja.

Manusia tidak boleh menjadi beban orang lain. Manusia harus mampu menghidupkan diri dan keluarganya dengan cara bekerja.

Dalam kutipan ini, pengarang A.A. Navis menciptakan tokoh Ojo Sidi yang pergi bekerja.

Baca Juga: 2 Contoh Teks Narasi Ekspositoris

Nah, itu tadi pembahasan soal Latihan 1 mengulas kutipan teks narasi, Adjarian.

---

Sumber: Buku Bahasa Indonesia Tingkat Lanjut: Cakap Berbahasa dan Bersastra Indonesia untuk SMA/MA Kelas XII karya Maman, dkk., Kemendikbudristek Tahun 2022.