Pemerintah kolonial Belanda saat itu kesulitan untuk mengatasi masalah tersebut karena mahalnya biaya untuk mendatangkan dokter dari Eropa.
Sehingga, pemerintah Hinda-Belanda mendirikan STOVIA untuk menghasilkan dokter dari pribumi.
Nah, agar dapat menarik minat para Bumiputera, pemerintah Hindia-Belanda membebaskan biaya pendidikan di STOVIA bagi mahasiswanya.
STOVIA tidak hanya melahirkan dokter-dokter yang ahli di bidang kesehatan, Adjarian.
Akan tetapi, STOVIA juga menjadi tempat tumbuhnya para remaja pribumi yang memiliki semangat nasionalisme.
Pertemuan antara pendiri Budi Utomo dengan dr. Wahidin Soedirohoesodo menjadi awal lahirnya Budi Utomo.
Saat itu, dr. Wahidin memberikan ide untuk mencerdaskan bangsa Indonesia melalui dana pendidikan atau studiefonds.
Tujuannya, agar bangsa Indonesia tidak mudah untuk diadu domba oleh penjajah.
Kemudian, Soetomo dan teman-temannya yang memiliki rasa perjuangan dan nasionalisme tinggi menjalankan gagasan mereka untuk membentuk organisasi Budi Utomo.
Pendiri Budi Utomo terdiri dari sembilan orang, di antaranya R. Soetomo, Goenawan Mangoenkoesoemo, Gondo Soewarno, Soeradji Tirtonegoro, dan lain sebagainya.
Prinsip awal dari Budi Utomo ini adalah untuk mencerdaskan bangsa dan tidak berkenaan dengan bidang politik.
Baca Juga: Mengenal Organisasi-Organisasi Pergerakan Nasional di Indonesia