Seperti yang kita singgung sebelumnya, solstis adalah fenomena astronomis biasa, tidak ada larangan bagi kita untuk keluar rumah.
Hal ini diungkapkan langsung oleh Andi Pangerang, Peneliti di Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Naisonal (BRIN), seperti dilansir dari Kompas.com pada Senin (19/12/2022).
Lalu, bagaimana fenomena ini bisa terjadi?
Menurut Andi, solstis terjadi karena sumbu rotasi bumi berposisi miring sebesar sebesar 23,5 derajat terhadap poros kutub utara dan selatan langit.
Bukan hanya sekali saja, ternyata fenomena ini terjadi dua kali dalam setahun, yaitu pada bulan Juni dan Desember.
Pada bulan Juni, kutub utara dan belahan bumi utara condong ke arah matahari.
Sementara itu, pada bulan Desember, kutub selatan dan belahan bumi selatan lebih condong ke arah matahari.
O iya, fenomena ini juga memengaruhi posisi terbit dan terbenamnya matahari, Adjarian.
Saat fenomena ini terjadi, matahari terbit dari arah tenggara dan terbenam di arah barat daya.
Apa Dampak Fenomena Solstis?
Solstis akan berdampak pada lamanya durasi siang dan malam di bumi.
Baca Juga: Mengenal 4 Jenis Gerhana Matahari, Salah Satunya Gerhana Matahari Sebagian