Jawab Soal Bahasa Indonesia Kelas XI Bab 3 Kurikulum Merdeka, Kegiatan 1 'Tanah Air'

By Aldita Prafitasari, Selasa, 15 November 2022 | 17:00 WIB
Terdapat soal pemahaman seputar cerpen pada buku Cerdas Cergas Berbahasa dan Bersastra Indonesia kelas XI, Bab 3, halaman 75. (Unsplash)

adjar.id - Pada buku Cerdas Cergas Berbahasa dan Bersastra Indonesia kelas XI Kurikulum Merdeka, Bab 3, halaman 75, terdapat soal mengenai cerpen atau cerita pendek.

Soal tersebut ada pada materi "Menggali Nilai Sejarah Bangsa lewat Cerita Pendek".

Soal dan pembahasan yang akan kita bahas kali ini adalah menemukan informasi mengenai sejarah Indonesia sebelum membaca cerita pendek.

Dengan begitu, kita akan lebih memahami alur cerita yang ada pada cerita pendek.

Cerpen yang dibahas berjudul “Tanah Air” karya Martin Aleida.

O iya, informasi mengenai sejarah Indonesia yang kita cari mengacu pada pertanyaan yang ada pada bagian 1, ya!

Nah, berikut pembahasan soal tersebut yang dapat dijadikan sebagai referensi.

Yuk, simak!

Kegiatan 1 Temukan informasi peristiwa sejarah yang menjadi latar belakang sebuah cerpen.

Untuk memahami isi cerita pendek yang berjudul “Tanah Air” karya Martin Aleida ini secara komprehensif, kalian harus mempunyai pengetahuan latar belakang sejarah berkaitan dengan peristiwa Gerakan 30 September 1965.

Berikut ini beberapa hal yang harus kalian ketahui sebelum memulai membaca cerita pendek tersebut.

Baca Juga: Jawab Soal Bahasa Indonesia Kelas XI Bab 3 Kurikulum Merdeka, Kegiatan 3 No. 2 e-h 'Tukang Cukur'

Bekerjalah dalam kelompok yang terdiri atas 4-5 siswa dan temukanlah informasi di bawah ini!

1. Temukan informasi tentang gedung atau tempat bernama Tjandra Naja!

Mengapa tempat tersebut menjadi istimewa dalam cerpen tersebut?

Berikan alasan dan bukti yang mendukung!

Jawaban: Tjandra Naja merupakan nama dari bangunan yang ada di Jalan Gajah Mada, Jakarta yang sekarang merupakan sebuah cagar budaya.

Dianggap sebagai cagar budaya karena bangunan ini dulunya adalah rumah dari keluarga Khouw van Tamboen, terutama Majoor der Chinezen Khouw Kim An.

Keluarga tersebut merupakan pemimpin bangsa Tionghoa di Batavia yang terakhir, yaitu pada tahun 1910–1918 dan diangkat kembali pada tahun 1927–1942.

Bangunan ini memiliki arsitektur Tionghoa yang masih kental serta bangunan yang luas, yaitu sekitar 2.250 meter persegi.

2. Apa yang kamu ketahui tentang peristiwa G30S/PKI 1965?

Mengapa peritiwa itu terjadi dan mengapa ini disebut sejarah kelam bagi Indonesia?

Jawaban: Seperti namanya, G30S/PKI 1965 adalah peristiwa yang terjadi pada 30 September 1965.

Baca Juga: Jawab Soal Bahasa Indonesia Kelas XI Bab 3 Kurikulum Merdeka, Kegiatan 3 No. 2 a-d 'Tukang Cukur'

Pada saat itu, Partai Komunis Indonesia (PKI) berencana merebut kekuasaan pemerintahan Presiden Soekarno.

Peristiwa tersebut menimbulkan sejumlah korban, di antaranya yang menjadi korban adalah tujuh jenderal Angkatan Darat.

Tujuh jenderal yang gugur tersebut disebut sebagai Pahlawan Revolusi.

3. Setelah peristiwa 30 September 1965, apa dampak yang harus ditanggung oleh orang-orang yang dituduh sebagai anggota PKI?

Jawaban: Dampak yang harus ditanggung oleh orang-orang yang dituduh sebagai anggota PKI sangat banyak.

Gugurnya tujuh jenderal Angkatan Darat menyebabkan anggota dan simpatisan PKI mengalami pembuangan dan berbagai diskriminasi lainnya.

4. Apa itu Revolusi Kebudayaan di Tiongkok?

Apa latar belakang terjadinya gerakan tersebut dan mengapa peristiwa itu disebut sebagai peristiwa kelam di Tiongkok pada waktu itu?

Setelah kalian menemukan informasi tersebut, presentasikan!

Jawaban: Revolusi Kebudayaaan di Tiongkok juga disebut Revolusi Kebudayaan Proletarian Besar.

Gerakan yang dipelopori oleh Ketua Partai Komunis Tiongkok, yaitu Mao Zedong ini terjadi di Tiongkok sejak 1966 sampai 1976. 

Baca Juga: Jawab Soal Bahasa Indonesia Kelas XI Bab 3 Kurikulum Merdeka, Kegiatan 3 No. 1 'Tukang Cukur'

Pada saat itu, gerakan ini bertujuan untuk memberikan pengaruh atau menyebarkan ideologi komunis yang mereka anggap paling benar untuk pemerintahan negara mereka.

Sayangnya gerakan tersebut menyebabkan pertumpahanan darah di Tiongkok. Hal tersebut terjadi pada periode 1966-1967.

Nah, itulah pembahasan soal pemahaman komprehensif sebelum membaca cerpen berjudul  “Tanah Air” karya Martin Aleida.