adjar.id – Benteng Stelsel diterapkan oleh Belanda saat berperang melawan Pangeran Diponegoro.
Pangeran Diponegoro menerapkan beberapan strategi perang, di antaranya menyerang secara langsung dengan mengandalkan pasukan yang besar.
Selain itu, Pangeran Diponegoro juga melakukan perang gerilya dan menerapkan strategi perang atrisi atau penjemuan.
Dalam buku Sejarah Indonesia kelas 11 semeseter 1 terdapat satu soal pada Latih Uji Kompetensi di halaman 152.
Pada soal tersebut kita diminta untuk menjelaskan Benteng Stelsel dan pelaksanaannya.
Nah, agar bisa menjadi referensi bagi Adjarian, kali ini kita akan membahas mengenai jawaban soal tersebut yang menjadi materi sejarah kelas 11 SMA.
Saat melakukan perlawanan terhadap pasukan Belanda, pasukan Pangeran Diponegoro selalu bergerak dari pos pertahanan satu ke pos yang lainnya.
Hingga membuat pengaruh perlawanan Diponegoro semakin meluas dan membuat Belanda kebingungan.
Hingga kemudan, Jenderal de Kock menerapkan strategi Benteng Stelsel untuk menghadapi pasukan Diponegoro yang bergerak antarpos.
Penggunaan strategi Benteng Stelsel ini membuat sedikit demi sedikit perlawanan Diponegoro bisa diatasi oleh Belanda.
Yuk, kita simak penjelasan mengenai Benteng Stelsel dan pelaksanaannya berikut ini, Adjarian!
Baca Juga: Kebijakan Bidang Peradilan dan Sosial Ekonomi pada Masa Pemerintahan Daendels
Pengertian Benteng Stelsel
Benteng stelsel adalah strategi perang yang dibuat oleh Belanda untuk mempersempit daerah lawan.
Hal ini dilakukan dengan cara membangun benteng-benteng di setiap sudut kota yang sudah dikuasai.
Jenderal de Kock menerapkan taktik Bentek Stelsel pada tahun 1827 saat Belanda kesulitan menghadapi perlawanan dari pasukan Pangeran Diponegoro.
Perang Belanda dengan pasukan Pangeran Diponegoro merupakan pertemburan besar yang pernah terjadi di Pulau Jawa.
Perang ini terjadi karena Belanda memasang patok tanda izin untuk pembangunan jalan yang melindasi tanah dan makam leluhur dari Pangeran Dipnonegoro di Tegalrejo.
Hingga kemudian di tahun 1825, Pangeran Diponegoro mengobarkan perang di Tegalrejo yang meluas ke daerah lain.
Daerah lain yang juga terjadi perang akibat perang Diponegoro, yaitu Yogyakarta, Surakarta, Banyumas, Semarang, Kedu, Pekalongan, dan Jawa Timur.
Pangeran Diponegoro membuat strategi perang gerilya yang berhasil merepotkan Belanda, karena pasukan Diponegoro bergerak antarpos.
Hingga kemudian di tahun 1827, Jenderal de Kock menerapkan sistem Benteng Stelsel.
Pelaksanaan Benteng Stelsel
Baca Juga: Kebijakan Bidang Peradilan dan Sosial Ekonomi pada Masa Pemerintahan Daendels
Dalam pelaksanannya, strategi Benteng Stelsel ini dilakukan Belanda dengan membangun benteng-benteng di daerah Pangeran Diponegoro.
Benteng-benteng ini dibangun oleh Belanda di beberapa daerah di Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur.
Benteng ini dibuat di berbagai tempat yang menghubungkannya dengan jalan-jalan yang bagus.
Hal ini dilakukan agar memudahkan pasukan dari benteng lain membantu benteng lainnya yang diserang oleh pasukan Diponegoro.
Tujuan diberlakukannya taktik Benteng Stelsel ini adalah untuk mempersempit ruang gerak pasukan Diponegoro agar sulit melarikan diri.
Dampaknya, para pemimpin yang membantu Pangeran Diponegoro mulai banyak yang berhasil ditangkap oleh Belanda.
Penerapan strategi Benteng Stelsel ini terbukti efektif karena perlawanan pasukan Diponegoro berhasil dikendalikan.
Nah, itu tadi, jawaban dari salah satu soal Latih Ulangan Semester yang bisa menjadi referensi Adjarian, saat menjawabnya.