Fungsi dan Ciri-Ciri Punden Berundak Peninggalan Zaman Megalitikum

By Nabil Adlani, Rabu, 6 April 2022 | 16:45 WIB
Candi borobudur adalah salah satu bangunan peninggalan Hindu-Buddha yang menggunakan konsep punden berundak. (unsplash/Herry Sutanto)

adjar.id – Sudah tahu fungsi dan ciri-ciri-ciri punden berundak?

Punden berundak termasuk salah satu bangunan hasil peninggalan zaman megalitikum.

Bangunan ini pada zaman dahulu dijadikan sebagai sarana untuk memuja roh leluhur, Adjarian.

Nah, kali ini Adjarian, kita akan membahas menegenai punden berundak, baik dari fungsi dan juga ciri-cirinya yang menjadi materi sejarah kelas 10 SMA.

Punden berundak sendiri berbentuk anak tangga dan biasanya mempunyai tiga susunan tingkatan dengan susunan batu-batuan.

Setiap susunan batu-batu tersebut mempunyai maknanya masing-masing, lo.

O iya, pundek berundak juga dikenal sebagai jenis bangunan zaman megalitikum yang menjadi dasaran dari pembangunan sebuah candi, Adjarian.

Yuk, kita cari tahu lebih jauh mengenai punden berundak berikut ini!

“Punden berundak menjadi dasar pembangunan candi dan menjelaskan proses akulturasi budaya Hindu-Buddha dengan budaya asli Indonesia.”

Baca Juga: Jenis-Jenis Manusia Purba di Indonesia, Materi Sejarah Kelas 10

Pengertian dan Asal-Usul Punden Berundak

Adjarian, punden berundak berasal dari kata punden dalam bahasa Jawa artinya orang yang dimuliakan dan berundak artinya tingkatan.

Jadi, punden berundak sendiri adalah sebuah bangunan suci yang menjadi tempat pemujaan roh-roh leluhur yang memiliki bentuk bertingkat-tingkat atau berundak-undak.

Hal ini juga menjelaskan bahwa roh leluhur ada di tingkatan paling tinggi yang telah mengalami perjalanan ke dunia arwah dengan adanya puncak yang berundak-undak.

Punden berundak ini terkenal sebagai peninggalan zaman megalitikum yang terbuat dari batu-batuan besar yang di bagian dalamnya terdapat meja batu, peti batu, menhir, dan lain sebagainya.

Masyarakat prasejarah di Indonesia, menganggap punden berundak sebagai sebuah simbol dari gunung suci tempat para roh-roh leluhur tinggal.

Mereka juga meyakini roh leluhur tersebutlah yang akan memberikan berkah, seperti ketenteraman, kesejahteraan, dan kesuburan bagi kehidupan.

Punden berundak ini dalam perkembangannya diakulturasikan oleh kebudyaaan Hindu-Buddha dan juga Islam, lo.

“Peninggalan candi kerajaan Hindu-Buddha menggunakan pola punden berundak dengan bagian atas yang mengerucut.”

Baca Juga: Mengenal Kehidupan Masyarakat pada Masa Praaksara di Indonesia

Fungsi dan Ciri-Ciri Punden Berundak

Sebagai sebuah bangunan suci, punden berundak ini utamanya berfungsi sebagai sarana untuk memuja dan menghormati roh-roh leluhur, Adjarian.

Hal ini berkaitan dengan sistem kepercayaan masyarakat pada zaman itu yang masih memagang kepercayaan animisme dan dinamisme.

O iya, pemujaan ini biasanya dilakukan untuk mencegah musibah atau bencana dan memberikah berkah bagi kehidupan masyarakat.

Selain itu, pundek berundak ini juga digunakan untuk meletakkan sesajen atau persembahan lain agar tidak terkena musibah atau bencana.

Berikut ini ciri-ciri punden berundak, yaitu:

1. Terbuat dari batu dan tanah.

2. Memiliki bentuk yang bertingkat-tindak atau berundak-undak sesuai dengan namanya.

3. Tempat ini digunakan saat acara keagamaan atau kepercayaan lainnya.

Baca Juga: Teknologi Bebatuan yang Dikembangkan Manusia Purba, Materi Sejarah Kelas 10 SMA

4. Setiap tingkatan atau undakan mempunyai maknanya masing-masing.

5. Pada bagian puncak punden berundak biasanya terdapat menhir atau batu tegak.

“Punden berundak berfungsi sebagai sarana memuja dan menghormati roh nenek moyang agar mencegah musibah dan memberikan berkah.”

Persebaran punden berundak di Indonesia tersebar dari bagian barat Indonesia sampai bagian timur Indonesia.

Nah, itulah tadi Adjarian, pengenalan kita dengan fungsi dan ciri-ciri punden berundak yang menjadi salah satu peninggalan zaman megalitikum di Indonesia. 

Sekarang jawab pertanyaan ini, yuk!

Pertanyaan

Apa fungsi dari punden berundak?

Petunjuk: Cek halaman 3.