adjar.id – Pada zaman dahulu terjadi hubungan kerajaan Ternate dan Tidore dengan ulama-ulama dari Gresik.
Kerajaan Ternate dan Tidore merupakan kerajaan bercorak Islam yang ada di Kepulauan Maluku.
Dalam buku Sejarah Indonesia kelas 10 semester 2 edisi revisi terdapat satu soal pada Uji Kompetensi di halaman 86.
Pada soal tersebut kita diminta untuk menceritakan hubungan antara kerajaan Ternate dan Tidore dengan tokoh-tokoh ulama dari Gresik.
Nah, kali ini kita akan membahas mengenai soal materi sejarah kelas 10 SMA tersebut, Adjarian.
Kepulauan Maluku menduduki posisi yang penting dalam perdagangan dunia di kawasan timur Indonesia.
Itulah yang membuat daerah Maluku sejak abad ke-15 sampai bada ke-19 diperebutkan oleh bangsa Portugis, Spanyol, dan Belanda.
O iya, daerah Maluku ini memiliki dua kerajaan besar bercorak Islam, yaitu Ternate dan Tidore yang berada di sebelah barat Pulau Halmehera.
Yuk, kita simak penjelasan mengenai hubungan kerajaan Ternate dan Tidore dengan ulama dari Gresik berikut ini!
Baca Juga: Jawab Soal Menceritakan tentang Sultan Baabullah
Kerajaan Ternate dan Tidore
Pada abad ke-14 dalam kitab Negarakartagama, karya Mpu Prapanca tahun 1365 M menyebut Maluku dibedakan dengan Ambon, yaitu Ternate.
Hal ini juga bisa dihubungkan dengan adanya Hikayat Ternate yang antara lain menyebutkan Moeloka atau Maluku artinya Ternate, Tidore, Jailolo, dan Bacan.
Pada abada ke-14, masa Kerajaan Majapahit hubungan pelayaran dan perdagangan antara beberapa pebuhan terutama Tuban dan Gresik dengan daerah Ternate dan Tidore terjadi.
Nah, pada saat itu, pelabuhan-pelabuhan yang masih berada di bawah kekuasaan Majapahit sudah mulai didatangi oleh para pedagang muslim.
Tujuannya yaitu untuk mendapatkan komoditi berupa rempah-rempah, terutama pala dan cengkeh.
Dalam tradisi masyarakat Maluku, dikatakan bahwa Raja Ternate ke-12 bernama Momatea memiliki persabatan yang erat dengan orang Muslim Arab yang datang ke Maluku.
Hubungan perdagangan antara Maluku dengan Jawa dilakukan dengan datangnya kapal-kapal dari Gresik milik Pete Cusuf.
O iya, pada saat itu hanya raja kerajaan Tenate dan Tidore di Maluku yang sudah menggunakan gelar Sultan akibat adanya pengaruh Islam di daerah tersebut.
Baca Juga: Jawab Soal Peran Tokoh Pengembang Agama Islam di Indonesia
Hubungan Kerajaan Ternate dan Tidore dengan Ulama dari Gresik
Kerajaan Ternate dan Tidore memiliki letak yang berdekatan di daerah Maluku dan keduanya menganut agama Islam sejak abada ke-16.
Ajaran agama Islam yang dianut oleh dua kerajaan tersebut dibawa oleh para pedagang yang berasal dari Jawa dan Malaka.
Nah, ajaran Islam yang berasal dari Jawa sendiri dibawa dan disebarkan oleh Sunan Gresik tatau Maulana Malik Ibrahin yang merupakan salah satu Walisongo.
Adjarian, terjadinya hubungan antara Kerajaan Ternate dan Tidore diawali dengan Sultan Zainal Abidin yang pergi ke Gresik, Jawa Timur di tahun 1495.
Tujuan perjalanan dari Sultan Zainal Abidin tersebut untuk menimba ilmu agama Islam secara langsung dengan Sunan Gresik.
Selain itu, kedatangan Sultan Zainal Abidin juga dengan membawa rempah-rempah seperti cengkeh dan mendapat julukan Raja Bulawa atau Raja Cengkeh.
Kedatangan Sultan Zainal Abdidin ini merupakan suatu upaya untuk menjalin hubungan dengan kesultanan Gresik.
Setelah menimba ilmu agama Islam di Gresik, Sultan Zainal Abidin akhirnya kembali ke Ternate dengan membawa ulama dari Gresik, yaitu Tahubahalul.
Baca Juga: Kerajaan-Kerajaan Bercorak Islam di Pulau Sumatra
Tujuan Sultan Zainal Abidin membawa ulama Gresik ke Ternate ialah untuk memberikan ilmu agama dan mendirikan pesantren di Ternate.
Sejak itulah terjalin hubungan antara Kerajaan Ternate dan Tidore dengan para tokoh ulama Gresik, Adjarian.
Hal ini membuat hubungan ilmu agama kedua daerah tersebut berjalan baik dan juga bidang ekonomi serta politik juga berdampak.
Nah, itulah hubungan Kerajaan Ternate dan Tidore dengan ulama dari Gresik yang bisa Adjarian jadikan sebagai referensi dalam menjawab soal Uji Kompetensi halaman 86.