Perjuangan Bung Tomo, Pahlawan di Balik Pertempuran 10 November 1945

By Jestica Anna, Senin, 17 Januari 2022 | 16:40 WIB
Bung Tomo adalah pahlawan naional Indonesia. (via Kompas.com)

adjar.id – Adjarian, apakah kamu sudah tahu mengenai perjuangan Bung Tomo untuk Indonesia?

Bung Tomo adalah salah satu pahlawan nasional yang ternama terutama saat pertempuran 10 November 1945 di Surabaya.

Pahlawan memang sosok yang sangat perlu diteladani karena perjuangannya yang tanpa pamrih demi negeri ini.

Perjuangan luhur para pahlawan ini kemudian diperingati pada tanggal 10 November setiap tahunnya.

10 November dipilih menjadi hari pahlawan karena pada tanggal tersebut di tahun 1945 terjadi perang revolusi nasional yang dianggap sebagai salah satu perang terbesar.

Berbicara mengenai 10 November, pasti kita langsung teringat dengan sosok Bung Tomo.

Yap, Bung Tomo memang pahlawan penggerak semangat rakyat pada pertempuran 10 November 1945 di Surabaya melawan sekutu, Adjarian.

Lalu, seperti apa kisah Bung Tomo?

Simak kisah tentang perjuangan Bung Tomo berikut ini, yuk!

Baca Juga: Bentuk Keteladanan Pahlawan Revolusi Nasional Jenderal Sudirman

Perjuangan Bung Tomo

Sutomo atau dikenal dengan Bung Tomo merupakan seorang pahlawan nasional yang lahir di Surabaya, 03 Oktober 1920.

Jiwa patriotismenya sudah terlihat sejak usia muda. Ia tergabung dalam gerakan Kepaduan Bangsa Indonesia (KBI).

Di usia 17 tahun, Bung Tomo berkiprah di bidang politik dengan memasuki Partai Indonesia Raya (Parindra). Selain itu, ia juga aktif dalam dunia menulis dan kewartawanan.

Tulisannya kerap dimuat di beberapa surat kabar seperti Soeara Oemoem dan Pembela Rakyat.

Selain itu, Bung Tomo pernah menjabat sebagai Menteri Negara Urusan Bekas Pejuang Bersenjata pada periode 12 Agustus 1955-24 Maret 1956.

Nah, perjuangan Bung Tomo kembali membara saat datangnya tentara sekutu kembali ke Indonesia setelah kemerdekaan.

Tampak tak terima dengan kemerdekaan Indonesia, Belanda masih tetap memperpanjang masa penjajahannya meski negeri ini sudah merdeka.

Pada 19 September 1945, Belanda secara sengaja memancing kemarahan rakyat Surabaya dengan mengibarkan bendera Merah Putih Biru di hotel Yamato.

Baca Juga: Inilah 4 Wujud Sikap Patriotisme dalam Berbagai Bidang Kehidupan

Seperti yang diketahui, bendera Merah Putih Biru merupakan warna bendera nasional Belanda.

Dengan semangat yang membara, rakyat Surabaya mendatangi hotel Yamato dan menurunkan paksa bendera Belanda.

Ketegangan kian memanas, terlebih setelah Jenderal Mallaby, seorang komandan Brigade 49 divisi 23 meninggal pada insiden di Gedung Internatio.

Kemudian, seorang Komandan tentara Sekutu, Mayjend Mansergh, mengeluarkan ultimatum untuk memerintahkan semua pimpinan bangsa Indonesia mengangkat tangan dan menyerahkan senjata.

Surabaya akan diserang pasukan sekutu habis-habisan jika ultimatum tersebut tidak dipenuhi per tanggal 10 November 1945.

Di titik inilah ambisi Bung Tomo terpanggil. Ia dengan keras menolak ultimatum tersebut.

Bung Tomo menyerukan pidato untuk membakar dan memompa semangat juang rakyat Surabaya.

Nah, oleh karena rakyat Surabaya tidak memenuhi ultimatum, tepat pada 10 November 1945 sekutu menyerang Surabaya.

Bung Tomo menjadi pemimpin dalam serangan melawan sekutu tersebut. Setidaknya ada sekitar 20.000 pahlawan Indonesia yang gugur.

Baca Juga: 10 Pahlawan Revolusi Indonesia

Pidato Bung Tomo yang paling terkenal untuk membangkitkan semangat rakyat adalah “Merdeka atau Mati” dan “Sekali Merdeka Tetap Merdeka”.

Itulah kisah perjuangan Bung Tomo, Adjarian.

Tonton video di bawah ini juga, yuk!