Sejarah Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, Gagasan Kongres Pemuda Kedua

By Aldita Prafitasari, Selasa, 30 November 2021 | 19:20 WIB
Sumpah Pemuda diperingati setiap 28 Oktober. (Unsplash/Bisma Mahendra)

adjar.id - Seperti apa sejarah Sumpah Pemuda?

Setiap tanggal 28 Oktober kita merayakan Hari Sumpah Pemuda, Adjarian.

Sumpah Pemuda merupakan hasil dari gagasan Kongres Pemuda Kedua oleh Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI) pada tahun 1928.

PPPI adalah sebuah organisasi pemuda pada jamannya, organisasi ini berisikan pelajar dari seluruh Indonesia.

Baca Juga: Peristiwa Sumpah Pemuda dan Nilai-Nilai Penting di Dalamnya

Nah, para anggota tersebutlah yang berhasil menciptakan Sumpah Pemuda dari gagasan-gagasan yang ada saat Kongres Pemuda Kedua berlangsung.

Dari gagasan tersebut, kemudian diselenggarakan kongres di tiga gedung berbeda.

Tiga rapat tersebutlah yang pada akhirnya melahirkan Sumpah Pemuda, Adjarian.

Rapat Pertama, Gedung Katholieke Jongenlingen Bond

Rapat pertama bertempat di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond, Lapangan Banteng pada Sabtu, 27 Oktober tahun 1928.

Tokoh penting pada peristiwa tersebut salah satunya adalah Soegondo.

Ia mengungkapkan keberlangsungan kongres ini dapat memperkuat semangat persatuan dalam sanubari para pemuda Indonesia.

Setelah itu, acara rapat dilanjutkan oleh Mohammad Yamin.

Baca Juga: Sumpah Pemuda dalam Bingkai Bhinneka Tunggal Ika: Kongres Pemuda I

Mohammad Yamin menjabarkan tentang arti dan hubungan persatuan dengan pemuda.

Menurutnya terdapat lima faktor penguat persatuan Indonesia termasuk sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan.

Rapat Kedua, Gedung Oost-Java Bioscoop

Selanjutnya, rapat kedua berlangsung pada esok harinya, yaitu pada Minggu 28 Oktober tahun 1928.

Pada rapat kedua ini, topik dari rapat meliputi pendidikan dan peranannya dalam mewujudkan kebangsaan.

Rapat ini dipimpin oleh dua pembicara, yaitu Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro.

Keduanya sependapat akan pentingnya anak untuk memperoleh pendidikan kebangsaan.

Mereka juga sepakat bahwa keseimbangan antara pendidikan di sekolah dan di rumah adalah sangat penting.

Disampaikan juga bahwa anak harus dididik secara demokratis.

Baca Juga: Hari Sumpah Pemuda 2021: Tema, Logo, dan Artinya

Rapat Ketiga, Gedung Indonesische Clubhuis Kramat

Rapat selanjutnya merupakan rapat ketiga dan terakhir, Adjarian.

Rapat ini berlangsung di Gedung Indonesische Clubhuis Kramat pada hari yang sama dengan rapat kedua yaitu hari Minggu, 28 Oktober tahun 1928.

Di rapat yang ketiga ini dirumuskan sebuah hasil keputusan rapat oleh Muhammad Yamin.

Sebelumnya, Soenario menjelaskan pentingnya nasionalisme dan demokrasi selain gerakan kepanduan di rapat ketiga ini.

Ramelan juga mengutarakan bahwa gerakan kepanduan tidak dapat dipisahkan dari pergerakan nasional.

Hal tersebut karena gerakan kepanduan telah mendidik anak-anak sejak dini menjadi mandiri dan disiplin yang merupakan aspek penting dalam perjuangan.

Sebelum kongres akhirnya ditutup, diperdengarkan lagu "Indonesia" karya Wage Rudolf Supratman.

Lagu tersebut disambut sangat meriah oleh seluruh peserta kongres bahkan para peserta meminta agar lagu diulang meskipun tidak dikabulkan.

Baca Juga: Organisasi Pergerakan Nasional sebagai Awal Lahirnya Sumpah Pemuda

Kongres diutup dengan mengumumkan rumusan hasil kongres yang dibacakan langsung oleh Ketua Panitia Kongres Pemuda Kedua, Soegondo Djojopoespito.

Ikrar "Sumpah Pemuda" tersebut berisi:

Pertama, Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe bertoempah darah jang satu, tanah Indonesia.

Kedoea, Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe berbangsa jang satu, bangsa Indonesia.

Ketiga, Kami poetra dan poetri Indonesia, mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.

Nah, itulah sejarah Sumpah Pemuda yang diperingati setiap tahun pada tanggal 28 Oktober, Adjarian.

 

Tonton video ini, yuk!